Wednesday, October 24, 2012

“A Thousand Years” _ Christina Perri

Love this song

 "Heart beats fast
Colors and promises
How to be brave
How can I love when I’m afraid to fall
Watching you stand alone
All of my doubt suddenly goes away somehow
One step closer

I have died everyday waiting for you
Darling don’t be afraid I have loved you
For a thousand years
I’ll love you for a thousand more
Time stands still
Beauty in all she is
I will be brave
I will not let anything take away
Standing in front of me
Every breath
Every hour has come to this
 
One step closer
I have died everyday waiting for you
Darling don’t be afraid I have loved you
For a thousand years
I’ll love you for a thousand more
And all along I believed I would find you
Time has brought your heart to me
I have loved you for a thousand years
I’ll love you for a thousand more
One step closer
One step closer

I have died everyday waiting for you
Darling don’t be afraid I have loved you
For a thousand years
I’ll love you for a thousand more
And all along I believed I would find you
Time has brought your heart to me
I have loved you for a thousand years
I’ll love you for a thousand more"

Monday, October 22, 2012

Kerupuk apa empek-empek???? #confuse

Lalala..senin lagi, klo kebanyakan orang pada nyanyi “ i hate Monday” , gue nggak tuh,
For sure “i Love Monday”,,Yeaaay. Walau kadang masih suka kebawa suasana weekend, tapi gue suka hari senin. Gimana seminggu ke depan itu bagi gue tergantung hari seninnya (walaupun gak 100% bener sih).

Seperti biasa gw dateng ke kantor ga pagi-pagi amat (soalnya kalau pagi-pagi ruangan kantor suka belum  ada orang, unlike it). Sampe kantor gue langsung ditodong sama pertanyaan dari mbak ikun tentang pelatihan di BPP ketapang untuk buat kerupuk di Hari Rabu minggu ini. Pertanyaan itu asalnya dari Bu Eightina koordinator penyuluh perikanan Lampung Selatan. Okee, gue beneran ga tau. Sepertinya Kabid. Gue satu-satunya orang yang tahu tentang jadwal itu. Hmm..mencurigakan nih..(biasanya gue yang ketempuhan gantiin beliau)

Dan bener aja saat ibu kabid ke ruangan dan di konfrontasi tentang jadwal itu, Jawabannya adalah “Ya”, dan kalimat selanjutnya adalah “Pipit aja ya yang gantiin Ibu, Ibu minta tolong”, OMG, Feel that i don’t have any choices selain bilang “ iya bu, Insyaallah”.

Bikin kerupuk Ikan!! oke baiklah, gue sarjana Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan IPB, Asprak mata kuliah diversifikasi  pengolahan juga teknologi pengolahan tradisional pula, kerjaan gue ya ngolah-ngolah ikan,  masa bikin kerupuk ikan aja gak bisa? Apa kata dunia? Apa kata dosen-dosen gue? Apa kata praktikan-praktikan gue?

 At least, bagaimanapun pendapat orang, klo sampe gue gak bisa buat dan “ngajarin” peserta pelatihan, gue bakalan malu sendiri sama Gelar S.Pi dibelakang nama gue. Jadi gue harus bisa. Gak ada kata lain selan “B.I.S.A”

Gue keluar kantor lebih cepet  dari biasanya (demi sang kerupuk). Gue mau kepasar ikan sebelum pulang. Gue mau beli ikan giling buat trial bikin kerupuk ikan.

Gue telusuri lorong pasar ikan dan ternyata yang biasanya jual lagi libur. Gue jalan terus sampe ujung lorong, O yeaah ada pencerahan, sisa satu tukang ikan giling, tapi pas gue sampe tepat depan meja ikannya si bapak, ternyata mesin gilingnya lagi rusak. Hmm..how unlucky im. Untuk saat ini, i give up for finding ikan giling.

Gue mutusin buat pulang aja. Sambil naik motor gue mikirin gimana caranya gue bisa trial bikin kerupuk ikan sedangkan gue gak punya ikan giling. Pikir..pikir..pikir...pikir (sambil naik motor selap-selip #kecepatan 80 km/jam). Penyakit gila no #16 gue kumat dan sembuh saat itu juga. Gue menerawang ke chiling room kulkas gue. Yaap, gue punya teri nasi kualitas ekspor yang lumayan banyak. Waktu itu, gue dibawain sama ibu-ibu Poklahsar yang gue bantuin ke Bank buat buka rekening. Emang bener  apa kata pepatah ga ada ikan teri pun jadi, hahaha...

Sampe rumah, dengan Semangat 45 gue nyiapin alat-alat & bahan buat bikin kerupuk ikan:
Gue timbang 100 Gram teri nasi (asin) dan langsung gue blender, Yapp i have that mince for my beloved kerupuk. Karena gue sama sekali belum punya formula alias resep kerupuk ikan (eh teri maksud gue, teri juga ikan kalleeeee) gue pake jurus andalan gue, yap Ilmu “KIROLOGI” alias kira-kira, hahaha...

Dan akhirnya jadilah adonan kerupuk nan kalis, gue mulai PD (dalam hati: aaah gini doang, masa sarjana perikanan gak bisa, hahahah). Gue mulai ngebayang-bayangin bentuk kerupuk peletekan karena gue pengen kerupuk yang nanti gue ajarin saat pelatihan langsung bisa dicobain sama peserta. Gue bentuklah adonan gue kaya cacing gelang yang super gendut. Gue potong segmen-segmenya kira-kira 4 cm. Gue irig biar bentuknya lebih rapih. Selanjutnya gue panasin minyak dan masukin calon kerupuk peletekan gue.
Dan woooow, hasilnya adalah letusan-letusan dari penggorengan yang juga kena tangan dan muka gue. Hikss..its realy hurt, panas & perih.  Tapi gue tetep ga nyerah, gw angkat aja tu peletekan maut. Gimanapun gue harus nyobain gimana rasanya dan hasilnya.


Tangan kanan yang kena bom peletekan

Tangan kiri juga kena

pipiku juga T.T

ini dia sang bahan baku gue (teri nasi+tapioka)

Adonan setelah dikukus (sepintas kayak empek2 lenjer, hiks)

Baiklah, setelah gue belah tu peletekan ternyata-oh ternyata dalemnya masih kayak karet, saat gue cobain malah lebih berasa empek-empek teri dibanding peletekan ikan (teri).


Ga berenti sampe disitu, mau ga mau gue harus melakukan alur proses yang seharusnya: mencetak adonan jadi bentuk silinder, mengukus selama 1 jam, mendiamkan adonan 1 malam, men”slicing”, dan menjemur untuk jadi kerupuk.

Gimana hasilnya, we’ll see, soalnya adonannya masih gue diemin sampe besok pagi. Bismilah, semoga beneran bisa jadi kerupuk ya guys (bukan empek-empek), aamiin.

Pesan moral:  segala sesuatu yang instan itu cenderung ga baik hasilnya. Tapi Apapun itu, kita gak boleh mudah bilang Gak Bisa sebelum kita mencoba. kata Einstein "Anyone who has never made a mistake has never tried anything new."  Setuju?????okesip^^v

Sunday, October 14, 2012

Pengaturan Suhu Ikan Tuna Kunci Sukses Ekspor

Research by: Minal fitrani, Ibnu affiano, sherly gustia ningsih

BOGOR, (PRLM).- Setting suhu yang kurang tepat pada ikan tuna yang akan diekspor oleh Indonesia menyebabkan standar mutu ikan tuna hasil nelayan kita sering mendapat penolakan dari berbagai negara importir. Pasalnya, setting suhu yang kurang tepat menyebabkan kandungan histamin dalam ikan tuna melebihi ambang batas dan bisa menyebabkan keracunan.

Hal ini diungkapkan mahasiswa Departemen Teknologi Hasil Perairan (THP) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB, Sherly Gustia Ningsih yang melakukan penelitian bersama dengan Minal Fitrani dan Ibnu Affiano tentang "Setting Suhu pada Ikan Tuna untuk Menghindari Histamin" yang dibimbing oleh dosen pendamping Ir. Wini Trilaksani, M.Sc., Rabu (3/8).

Dikatakan Sherly, hasil penelitian tentang kadar histamin berdasarkan pada pengelompokan bagian tubuh ikan menunjukkan bahwa bagian perut ikan memiliki kadar histamin yang paling tinggi dibandingkan dengan bagian depan dan ekor pada setiap perlakuan suhu penyimpanan. Hal ini dikarenakan bagian perut ikan merupakan sumber mikroba pembusuk pada ikan.
Pengaruh berbagai suhu setting penanganan terhadap histamin ikan tuna dan bakteri pembentuknya, lanjut

Sherly menunjukkan suhu 0-1 derajat Celsius dan 4 derajat Celsius tergolong sebagai suhu yang optimal untuk mempertahankan kesegaran ikan tuna dari berbagai parameter analisis.

Penelitian tersebut diharapkan memberikan kontribusi dalam peningkatan ekspor tuna Indonesia dengan penurunan kadar histamin dalam tubuh tuna. "Ke depan perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan penambahan perlakuan lama waktu penyimpanan, sehingga didapatkan data yang dapat menggambarkan perubahan mutu ikan tuna dalam masa penyimpanan dan saat transportasi berlangsung," ujar Sherly.

Lebih lanjut disampaikan Sherly, penelitian ini didasari pada kenyataan bahwa ikan tuna (Thunnus sp.) termasuk salah satu primadona ekspor Indonesia. Hanya saja, beberapa tahun terakhir perdagangan ikan tuna Indonesia ke sejumlah negara mengalami kendala penolakan oleh negara importir. "Sebagian besar karena standar mutu yang tidak terpenuhi, yakni kadar histamin yang melebihi ambang batas," kata Sherly.

Lebih lanjut dikatakan Sherly, berdasarkan laporan Food and Drugs Administration Amerika Serikat (US-FDA), terdapat 7 kasus pada tahun 2007 dan 13 kasus pada tahun 2008 terkait penolakan tuna Indonesia. "Trennya yang naik dari tahun ke tahun membuat kami khawatir, jika terus dibiarkan potensi kita tidak bisa dimanfaatkan dengan baik hanya karena kadar histamin yang melebihi ambang batas keamanan pangan," ujarnya.

Berdasarkan catatan Rapid Alert System for Food and Feed (RASFF) Uni Eropa pada tahun 2007 ada sebanyak 22 kasus impor tuna Indonesia yang mengandung histamin melebihi batas keamanan pangan. Bahkan, bahkan Indonesia sempat mengalami ancaman embargo pada tahun 2005. Histamin merupakan komponen amin biogenik yaitu bahan aktif yang diproduksi secara biologis melalui proses dekarboksilasi dari asam amino bebas serta terdapat pada berbagai bahan pangan, seperti ikan, daging merah, keju dan makanan fermentasi.

Kandungan histidin bebas pada jaringan ikan tuna lebih tinggi dibandingkan dengan spesies ikan lainnya sehingga meningkatkan potensi peningkatan kadar histamin, khususnya untuk penyimpanan dan penanganan yang salah.

Kadar maksimal histamin yang ditetapkan oleh US-FDA adalah 50 ppm, sedangkan European Comission (EC) menetapkan kadar histamin tidak lebih dari 100 ppm. Pembentukan histamin dalam tubuh ikan dapat terjadi akibat adanya enzim yang terdapat secara alami dalam jaringan ikan, pembentukan berlangsung selama proses autolisis.

Pada kondisi optimum jumlah maksimum histamin yang dapat diproduksi melalui proses autolisis tidak dapat melebihi 10–15 mg/100 gram daging ikan. Pembentukan histamin berbeda untuk setiap spesies ikan, hal ini tergantung pada kandungan histidin.
"Setelah ikan mati, sistem pertahanan tubuhnya tidak bisa lagi melindungi dari serangan bakteri, dan bakteri pembentuk histamin mulai tumbuh dan memproduksi enzim dekarboksilase yang akan menyerang histidin dan asam amino bebas lainnya menjadi histamin yang mempunyai karakter lebih bersifat alkali," ungkap Sherly menambahkan.

Histamin, lanjut Sherly umumnya dibentuk pada temperatur tinggi, yakni lebih dari 20 derajat celcius. Pendinginan dan pembekuan yang cepat, segera setelah ikan mati merupakan tindakan yang sangat penting dalam upaya mencegah pembentukan scombrotoxin (histamin).
Histamin tidak akan terbentuk bila ikan selalu disimpan dibawah suhu 5 derajat Celsius. Keracunan histamin biasanya diawali dengan gejala sakit kepala, kejang, mual, wajah dan leher kemerah-merahan, tubuh gatal-gatal, mulut dan kerongkongan terasa terbakar, bibir membengkak, badan lemas dan muntah-muntah. (A-155/A-88)***

PS:
Ini adalah salah satu artikel tentang penelitian ilmiah gue dan tim yang dimuat oleh harian republika online. Sejak menang PIMNAS, team gue emang sering dapet panggilan wawancara baik dari radio maupun media-media online, surat kabar & sejenisnya. Sayangnya gue ga bisa ikut sesi-sesi wawancara itu karena udah balik ke lampung. Yang setia meladeni mereka adalah sherly. Adik kelas gue yang tadinya cuma gue catut namanya (karena gue menganggap namanya bawa hoki, terbukti lagi dari proposal ini,hihihi) tapi belakangan dia punya peran sama pentingnya dalam team ini. Dia orang yang mau belajar dan mendengarkan (dewasa banget deh dia), walhasil dari yang tadinya gak tau apa-apa tentang penelitian ini, karena keuletannya belajar dia jadi ga kalah menguasainya dari gue tentang materi penelitian ini (keren kan dia).

Oiya dari proposal penelitian ilmiah ini kita dapet kucuran dana penelitian sekitar 7,6 juta dari 10 juta yang diajukan (lumayan banget kan), belum lagi hadiah-hadiah dan pengalaman yang kita dapet saat PIMNAS, waah double wow, super Awesome^^V

Tuesday, October 9, 2012

Bulan ke-9

Okesiiip,,tanpa terasa sudah memasuki bulan ke sembilan jadi PPTK. Sejauh ini susah-susah gampang. maklumlah pengalaman pertama terjun ke dunia kerja (langsung ke masyarakat pula). Insyaallah pekerjaan terselesaikan dengan baik. Di bulan ke sembilan ini juga lebih banyak syukur yang terus terpanjatkan atas kebesaran Allah SWT, disini jadi punya banyak temen baru dari mulai temen-temen sesama PPTK, temen-temen kantor, penyuluh senior sampe ibu-ibu pelaku usaha.
Jadi PPTK itu sesuatu banget buat saya, walaupun belum kesampean ngajar mahasiswa (jadi dosen) setidaknnya masih diberi kesempatan ngisi materi pelatihan berbagi ilmu dengan ibu-ibu & bapak pelaku usaha perikanan. Semakin berbesar hati ketika share dengan sahabat saat kuliah dan dia bilang "itu jauh lebih sulit karena itulah medan sebenarnya", huaaah thanks God i've got that chances. oiya that is my favorite peoples in mya daily activities (thanks God i met them^^)
Semua penyuluh Lampung Selatan yang selalu setia membantu

my best friend selika virma
mybest room office partner "lovely mb ikun"